7 Aplikasi Opensource dan Proprietary Terbaik Untuk Desain Grafis
Versi Soktoy
Kali ini saya akan membahas aplikasi atau program terbaik untuk membuat karya visual seperti desain grafis, illustrasi, animasi 3 dimensi dan motion graphic ... versi Soktoy tentunya. Hal ini sering ditanya oleh beberapa teman kepada saya kalau bikin karya desain grafis pakai program apa. Memang di dunia yang maunya cepat jadi dengan cepat seperti mie instan, ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang makin canggih, banyak bermunculan aplikasi-aplikasi untuk membuat sebuah karya desain menjadi lebih ... "Mudah". Maksudnya adalah setiap orang yang dapat menguasai aplikasi tersebut, sudah dapat membuat suatu karya desain, diluar dari bagus tidaknya karya tersebut.
Diluar itu semua yang perlu diingat adalah, saya kutip dari kata-kata George Lucas,
"You’re Telling a Story Using Tools, Not Using Tools to Tell a Story".
Ngerti kan maksudnya he he he. Tools, aplikasi, program, atau apapun namanya hanya sebagai ... alat. Story, ide, konsep, atau apapun namanya adalah hal utama dalam suatu karya. Jangan terjebak dengan kebalikannya, "Hey gue pakai program X nih untuk bikin gambar Y, canggih lho si X". Seperti kata papatah, It's man behind the gun that matter.
Dan saya juga tidak fanatik atau anti terhadap jenis software apakah itu berbayar atau opensource. Yang jadi pertimbangan adalah apakah program ini bisa membantu saya menyelesaikan suatu projek atau malah membuat saya musti googling mencari cara untuk mengerjakan projek saya dengan program tersebut.
Nah kembali ke topik gosip utama kita yaitu aplikasi untuk membuat desain terbaik versi Soktoy, inilah daftar program terbaik untuk membuat karya desain / visual versi Soktoy:
1. INKSCAPE
Ya.. pilihan utama saya jatuh kepada Inkscape. Aplikasi opensource untuk olah gambar berbasis vector ini bisa didapat secara gratis di website resminya. Didukung oleh komunitas yang besar dan terus dikembangkan oleh developernya, membuat saya akhirnya beralih dari Adobe Illustrator ke Inkscape. Walaupun pada awalnya sempat merasa kagok untuk beralih, tapi setelah dipaksa dan dibiasakan mengerjakan real projek menggunakan Inkscape, akhirnya mantap makin menancapkan jangkar untuk tetap berlabuh di Inkscape.
Aplikasi ini mampu mengakomodir kebutuhan saya dalam membuat suatu karya desain. Walaupun mungkin fiturnya masih belum selengkap Illustrator, tapi kalau dilihat dari road map pengembangannya, fitur-fitur tersebut sudah direncanakan dan bahkan mulai di implementasikan.
Tanpa adanya fitur tadi bukannya tidak bisa dibuat oleh Inkscape, tapi proses pembuatannya hanya lebih memakan waktu dibandingkan dengan Illustrator yang sudah memiliki fitur tersebut. Contohnya adalah fitur 3D Text yang di Illustrator sangat mudah membuatnya, tapi di Inkscape perlu beberapa langkah untuk membuatnya. Masih bisa dibuat, namun prosesnya tidak sesingkat Illustrator.
Ada salah satu fitur Inkscape yang paling saya suka yaitu proses pembuatan filter. Dimana kita bisa meramu beberapa filter efek untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Contohnya ada pada artikel membuat offset outline pada objek di artikel ini.
Ada salah satu fitur Inkscape yang paling saya suka yaitu proses pembuatan filter. Dimana kita bisa meramu beberapa filter efek untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Contohnya ada pada artikel membuat offset outline pada objek di artikel ini.
Selain itu, kumpulan efek untuk objek path bawaan Inkscape sangat-sangat membantu dalam proses membuat suatu karya. Contohnya adalah efek power stroke yang sangat berguna untuk membuat lineart pada gambar atau untuk tracing gambar sehingga outline tersebut bisa menyerupai hasil goresan menggunakan dip pen atau kuas. Contohnya bisa dilihat diartikel ini dan ini. Tinggal menunggu waktu saja sampai fitur-fitur yang diinginkan mulai dimasukan oleh tim pengembangnya ke versi berikutnya.
Untuk lebih tahu seperti apa aplikasi Inkscape ini, silahkan dicoba sendiri dengan mendownload di website resminya www.inkscape.org. Khusus bagi pengguna OSX, disitu tersedia versi resmi yang bisa didownload, tapi jika ingin mencicipi versi yang berjalan secara native di OSX bisa didownload halaman ini dari website resminya. Versi native ini dikembangkan oleh salah satu user di komunitas Inkscape agar bisa berjalan secara native di OSX tanpa perlu menginstall XQuartz karena sudah dicompile menjadi satu aplikasi didalamnya.
2. FIREALPACA
Naah... program ini sebenarnya lebih khusus untuk ilustrasi. Saya menemukan program ini baru beberapa bulan kebelakang tapi langsung membuat saya berpaling dari Sketchbook Pro. Memang untuk brush preset dan pengaturan custom brush tidak sebanyak Sketchbook Pro, tetapi begitu mencoba FireAlpaca, dengan segala "keterbatasan" fiturnya mampu membuat tangan ini memegang pen wacom untuk trus bergerak diatas tabletnya. Fitur standar seperti selection, pen, eraser dan lainnya sudah ada. Ditambah lagi penggunaan layer, pengaturan warna, penggunaan snap, stabilization juga tersedia.Fitur snap ini yang paling saya suka. Karena FireAlpaca memang dibuat untuk bikin manga, maka tersedia beberapa fungsi snap untuk membantu saat menggambar seperti manga. Misal curve snap untuk membantu menggambar goretan melengkung dengan mulus, atau radial snap untuk membuat goretan garis seperti efek pergerakan cepat. Ada 6 fungsi snap yang pastinya mambantu saat ingin membuat goretan garis yang mulus.
Ada versi alternatifnya yaitu MediBang. Sebenarnya mirip, tapi MediBang ditambah fitur cloud, preset brush bisa didownload dari cloudnya MediBang, dan file kita pun juga bisa di simpan di cloud. Selebihnya mirip-mirip dengan FireAlpaca. Dan dua-duanya juga gratis.
3. PIXELMATOR
Program ini adalah salah satu andalan saya saat mengedit gambar. Pixelmator sendiri adalah software untuk mengolah gambar berbasis bitmap yang hanya ada di OSX. Program sejenis adalah Adobe Photoshop, GIMP, dan lain-lainya. Dibandingkan dengan Adobe Photoshop atau GIMP, mungkin masih banyak fitur yang belum tersedia di Pixelmator. Namun tools dan fitur dasarnya sudah tersedia di Pixelmator. Dan walaupun Pixelmator sering dianggap sebagai program untuk para hobbyist dan kurang profesional, bagi saya selama itu bisa membantu dalam menyelesaikan suatu karya dan projek, mengapa tidak?
Dari sisi harga, angkanya juga relatif dibawah dengan Adobe Photoshop. Sekitar USD 29.99, sekali bayar, kalau dibandingkan dengan Adobe Photoshop yang dibandrol sekitar Rp. 193.000 / bln dengan skema berlangganan selama setahun, atau sekitar Rp. 289.000 /bln jika hanya ingin berlangganan satu bulan saja tanpa terikat annual plan.
Faktor ini juga yang membuat saya berpikir sudah tidak relevan lagi mengunggulkan suatu software hanya karena program tersebut gratis, karena sepertinya sekarang mulai banyak program berbayar yang mulai mengubah cara penjualannya dengan skema berlangganan seperti Adobe Photoshop tadi. harganya pun relatif terjangkau bagi mereka yang secara profesional ingin menggunakan aplikasi tersebut untuk mengerjakan projek-projek mereka tanpa menggunakan versi bajakan.
Faktor ini juga yang membuat saya berpikir sudah tidak relevan lagi mengunggulkan suatu software hanya karena program tersebut gratis, karena sepertinya sekarang mulai banyak program berbayar yang mulai mengubah cara penjualannya dengan skema berlangganan seperti Adobe Photoshop tadi. harganya pun relatif terjangkau bagi mereka yang secara profesional ingin menggunakan aplikasi tersebut untuk mengerjakan projek-projek mereka tanpa menggunakan versi bajakan.
4. ADOBE PHOTOSHOP
Yup... ini rajanya program olah gambar, pastinya sudah banyak yang tahu dong. Tapi kenapa ini bisa di bawah Pixelmator? Nah dalam versi Soktoy ini, Pixelmator saya tempatkan nomor 2 karena memang paling sering saya gunakan untuk edit gambar dibandingkan Adobe Photoshop, dan sudah jarang sekali saya menggunakan Photoshop.Fiturnya yang kaya dan lengkap membuat program ini sulit dicari tandingannya untuk olah gambar. Mungkin yang agak mendekati adalah GIMP. Dari sisi harga, dulu harganya memang lumayan mencengangkan, tapi kini setelah Adobe mengubah cara penjualannya menjadi berlangganan, harganya relatif lebih terjangkau.
Dengan fitur editing gambar yang sangat lengkap, filter bawaan yang sangat banyak, export file yang mendukung banyak format, dukungan warna RGB dan CMYK untuk percetakan, serta basis pengguna yang sangat besar, membuat software ini sulit digeser posisinya dari aplikasi untuk edit gambar profesional. Kalau yang berminat menggunakan yang non-bajakan juga harganya kini relatif terjangkau seperti disebutkan diatas. Fungsinya pun tidak hanya terpaku pada edit foto atau bikin meme aja, tapi ikut merambah ke digital coloring untuk ilustrasi dan komik.
5. BLENDER
Bukan blender alat yang ada didapur lho. Tapi ini adalah software untuk membuat objek dan animasi 3 dimensi berbasis opensource. Walaupun Blender ini sebenernya "bukan termasuk" aplikasi untuk membuat sebuah desain, namun dalam beberapa hal saya sering menggunakannya untuk membuat sebuah elemen desain yang membutuhkan hasil output 3 dimensi dalam bentuk still image.Blender ini memiliki banyak fitur mulai dari fitur standar untuk 3D seperti modeling, animasi, texturing, rigging, dan render, namun juga ada fitur untuk video editing dan compositing, game engine, camera & motion tracking, video editing, dan lainnya. Semuanya ada di Blender secara gratis...tis...tis.
Untuk bikin 3D animation, sudah tidak diragukan lagi kemampuannya, dan mulai banyak animasi dibuat menggunakan Blender. Tim pengembangnya pun suka membuat animasi film pendek untuk melakukan test fitur-fitur baru di Blender dalam skala besar. Hanya memang saat pertama kali menggunakannya, jika migrasi dari software 3D lainnya akan terasa sedikit canggung dengan tampilan UI-nya dan workflownya yang lebih mengandalkan shortkey. Namun jika sudah terbiasa akan sangat cepat saat menggunakannya.
6. ADOBE AFTER EFFECTS
Program untuk membuat motion graphic ini masih sulit dicari penggantinya. Fitur lengkap dan banyak plugin tersedia membuat After Effects menjadi salah satu program pilihan bagi para pembuat motion graphic. Mau coba tracking kamera hasil video bikinan sendiri? Bisa. Mau ganti background video atau memoles kualitas gambar hasil video sendiri? Juga bisa.
Dan salah satu kelebihannya adalah After Effects terintegrasi dengan seluruh lini produknya Adobe, sehingga memudahkan saat mau menambah atau mengedit hasil olah video ke produk Adobe lainnya. Tutorialnya juga sangat banyak sehingga memudahkan kita saat ingin mempelajari After Effects.
Sampai saat ini saya sendiri masih belum menemukan program untuk motion graphic yang memiliki fitur paling tidak sama dan memiliki kemudahan dalam menggunakan sebagai alternatifnya, baik yang gratis maupun berbayar dengan harga lebih rendah.
Kalau program untuk melakukan compositing, ada beberapa alternatifnya seperti Black Magic Fusion yang memiliki versi gratisnya, dan ada juga Blender yang modul compositingnya terintegrasi dengan modul lain didalamnya. Tetapi untuk motion graphic, mohon dibantu jika ada yang tahu alternatifnya. Dulu sempat baca tentang Jahshaka & natron, dan dilihat dari fiturnya kelihatannya menarik. Mungkin bagi yang sudah mencicipi Jahshaka di Mac dan OSX terkini bisa membantu memberikan review? Atau ada yang sudah mencoba Apple Motion?
7. InDesign
Menurut saya inilah program desktop publishing terbaik. Untuk untuk membuat layout, template, styling untuk paragraf dan teksnya sangat sangat mudah digunakan. Pengaturan halaman per halaman, pengaturan grid, import gambar, dan lainnya sudah sangat mumpuni. Ditambah integrasi dengan produk Adobe lainnya juga memberikan kemudahan saat membuat sebuah layout. Memang posisi InDesign sebagai aplikasi untuk desktop publishing masih sulit untuk digeser.Ada beberapa program sejenis seperti Scribus yang opensource dan gratis, Quark Express, dan lainnya, tapi entah selalu kembali ke InDesign. Bagi saya satu-satunya pesaing dengan harga yang ... gratis juga adalah Apple Pages. Yap, Apple Pages, walaupun masih minim fitur seperti Adobe InDesign, tetapi setelah tidak menggunakan InDesign lagi, alternatif yang akhirnya saya pilih adalah Apple Pages. Memang harus banyak kompromi dengan fiturnya yang masih minim, tapi transisi dari InDesign ke Apple Pages tidak membutuhkan learning curve yang lama, dimana dalam mengerjakan suatu projek, waktu adalah seperti sesuatu tidak pernah cukup.
Jika dalam mempelajari program lain untuk mengerjakan projek membutuhkan waktu dan learning curve yang tidak sedikit, lebih baik saya mencari software lain atau tetap menggunakan yang lama. Kalau begitu kenapa pindah software? Banyak hal, contohnya diwajibkan untuk menggunakan program dengan lisensi asli, atau spek komputer yang makin bolot sehingga jika menggunakan aplikasi yang memiliki fitur palugada (apa lu mau gue ada) performa komputernya makin lambat, atau bisa jadi lebih cepat dikerjakan dengan program lain.
Sempat coba Scribus, program DTP yang opensource, namun bagi saya butuh learning curve yang rada panjang. Maklum prosesor diotak juga sudah mulai sering kernel panic, jadi lebih baik saya cari alternatif lain yang lebih sesuai dengan prosesor diotak saya. Dan terakhir saya pakai Scribus di OSX, masih kurang stabil, mungkin sekarang sudah tidak, tetapi mungkin nanti kalau waktu sudah menjadi sahabat saya, akan dicoba lagi.
PNGYU & Adobe Illustrator (Bonus)
Pngyu ini fungsinya lebih ke kompresi file format PNG agar lebih kecil. Bagi saya yang sering menggunakan file dengan format .png untuk kebutuhan gambar di website, program ini sangat membantu untuk membuat kompresi file gambarnya lebih kecil agar saat digunakan di web, tidak banyak memakan bandwidth.Tidak terlalu berpengaruh sih bagi mereka yang menggunakan koneksi internet broadband, tapi bagi pengguna mobile / smartphone, saat membuka gambar di internet setiap byte ukurannya akan sangat berarti, karena makin besar ukuran file gambar itu, makin banyak quota yang terpakai dan makin lama juga untuk melihat gambarnya. Ukuran file yang dimaksud disini adalah bukan dimensi panjang dan lebar, tetapi ukuran file gambar itu sendiri dalam kilobyte. Pngyu bisa di download gratis dari websitenya. Alternatif lain bagi penggemar CLI, bisa menggunakan imagemagick.
Yang terakhir sebagai bonus adalah Adobe Illustrator. Ini memang rajanya pengolah gambar berbasis vector. Semua kelebihannya, seperti integrasi dengan seluruh produk Adobe, fitur pengolah vector yang solid, kumpulan efek yang mumpuni, apalagi untuk bermain efek di appearance objek yang flownya undestructible, ditambah lagi menjadi standar industri untuk desain, kelihatannya sulit untuk menggeser posisi si Illustrator ini.
Namun begitu mencoba Inkscape, entah mengapa, akhirnya malah sulit berpaling lagi.Kecuali jika ada suatu projek yang mengharuskan untuk menggunakan Illustrator, maka mau tidak mau harus menggunakan Illustrator, walaupun pada kenyataannya biasa mengerjakannya di Inkscape dulu, kemudian setelah final untuk dijadikan FA dalam format AI, baru di convert dari svg ke AI he he he.
Nah itulah seven deadly sins program terbaik untuk membuat karya visual versi Soktoy. Memang ada banyak program lainnya seperti GIMP, Sketch, iDraw, Corel Painter, Black Magic Fusion, Autodesk Maya, Sidefx Houdini, Adobe Premiere, dan lainnya, tapi 7 aplikasi inilah yang paling sering saya gunakan, terutama mulai dari nomor 1 - 3.
Setiap orang pasti punya pandangan sendiri soal program untuk membuat desain grafis, tergantung dari preferensi masing-masing, tetapi yang paling utama adalah bukan masalah software apa yang digunakan, melainkan karya apa yang sudah dihasilkan.
Karenanya mari sama-sama membuat karya yang syukur-syukur bisa memberi inspirasi atau manfaat bagi orang lain tanpa terjebak dengan perdebatan software X lebih baik dengan software Y, atau kalau software X tidak berjalan mulus di OS A atau OS B, pakai OS C aja, dan sebaliknya. Lha wong yang ditanya soal program untuk desain, jawabannya malah ngelantur ke harus pakai OS yang mana biar fiturnya jalan hehehe...
Seperti kata almarhum dosen DKV saya dulu, sebaik-baiknya karya desain adalah yang bisa membantu memecahkan suatu masalah. Walaupun karya saya masih belum sampai ke level itu he he he...
Salam.
Komentar
Posting Komentar
Monggo komennya