Layanan Ala Tukang Nasi Goreng

Kualitas Layanan Produk, Value, Harga, dan Experience Layanan

s3mprong@yahoo.com



Waktu dulu mulai freelance di awal-awal setelah lulus kuliah, saya sempat ngobrol dengan ayah saya sulitnya meyakinkan orang menerima harga yang saya berikan untuk sebuah pelerjaan disain.

Dia hanya menyimak dan kemudian mulai bercerita pengalamannya dulu. 

Dulu dia juga pernah mengalami hal yang sama saat menawarkan penawaran harga untuk suatu pekerjaan, dan seperti biasa, calon pelanggannya mulai nego dengan harga yang diberikan. 

Mereka bilang harganya masih terlalu mahal dan mereka mulai compare dengan penawaran harga lain yang masuk. Mereka bilang "Pak kemarin kita juga ada penawaran harga yang masuk dan harganya lebih murah dari yang bapak tawarkan. Masak sama-sama bikin ini harganya lebih mahal."

Ayah saya cuma diam dan kemudian bilang, "Pak, Anda pernah makan nasi goreng?". Mereka jawab iya dengan ekspresi agak bingung. Kemudian ayah saya melanjutkan, "Menurut Anda, apakah beda nasi goreng yang dijual digerobakan dengan yang dijual misalnya di hotel? Toh sama-sama nasi goreng kan judulnya, tapi kenapa harganya beda? Yang Anda beli bukan hanya nasi gorengnya saja, tetapi adalah experience dari membeli nasi goreng tadi." 

Ya, tentunya berbeda experience yang didapatkan saat membeli nasi goreng di gerobakan atau di tenda, dengan nasi goreng yang dijual di hotel atau cafe. Membeli masi goreng digerobakan atau tenda mungkin kita bisa kepanasan, kena asap dan bising dari kendaraan umum, dan lain-lain. Kalau membeli nasi goreng di hotel atau cafe, mungkin kita bisa duduk nyaman, ruangan dingin dengan AC, diiringi musik-musik lounge yang santai. Dari segi pelayanan pun berbeda, mungkin lebih bersih di hotel atau cafe dibandingkan dengan ya g dijual di gerobakan misalnya. 

Jadi apa yang coba ditawarkan adalah experience pelayanan yang diberikan untuk kepuasan si calon pelanggan tadi, dengan menjamin kalau menggunakan layanan yang kita tawarkan dengan harga sekian itu, calon pelanggan akan mendapatkan kenyamanan menggunakan layanan tersebut, misalnya. Apalagi di jaman sekarang dimana banyak sekali layanan atau produk yang hampir sama, yang bisa jadi pembeda adalah experience atau kualitas layanan yang diberikan end to end kepada pelanggan. 

Tapi kemudian semua pilihan memang ada ditangan calon pelanggan. Seperti yang akhirnya ayah saya bilang ke calon pelanggannya, semua tergantung di mereka akan memilih yang mana. Yang coba tawarkan saat itu adalah experience yang sesuai dengan harga yang ditawarkan. 

Nah salah satu faktor lain yang nanti akan menjadi penilaian calon pelanggan untuk menggunakan layanan kita adalah reputasi dan portfolio kita. Kalau keduanya baik, insya Allah, mereka akan memilih kita. Kalaupun akhirnya tidak dipilih, buat strategi baru untuk cari pelanggan lain dan lakukan evaluasi terhadap pelayanan dan produk.

Btw, saya juga suka makan nasi goreng gerobakan lho, ini adalah analogi dari perbedaan layanan saja 😋

Komentar